Kontaminasiboraks dalam jumlah yang besar di dalam makanan menyebabkan keracunan pada manusia dengan gejala klinis yaitu batuk, iritasi mata, muntah, kesulitan bernafas, toksisitas pada sel, dan terkadang kematian (Erna, 2017). Kunyit atau kunir (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara, yang memiliki Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Boraks berasal dari bahasa arab yaitu bouraq, merupakan bahan antiseptik yang digunakan sebagai bahan pembersih, pengawet kayu dan herbisida. Pada dasarnya fungsi boraks digunakan sebagai bahan industri non pangan seperti pembersih, pengawet kayu, bahan solder, dan antisetik. Namun sampai saat ini penggunaan boraks masih banyak disalahgunakan sebagai Bahan Tambahan Pangan BTP. Akibatnya banyak orang mengalami keracunan makanan disebabkan oleh pengunaan boraksBagaimana cara mengetahui boraks pada makanan?Untuk mengidentifikasi boraks pada makanan Boraks merupakan campuran natrium tetraborat dan asam borat. Penggunaan boraks pada makanan produk olahan makanan, membuat makanan dapat lebih menarik dan tahan lama sehingga tidak cepat basi atau berjamur. Meskipun jumlah tambahan tidak terlalu banyak, namun boraks mempunyai efek akumulasi yang berbahaya. Gejala keracunan boraks akut meliputi mual, muntah-muntah, diare, kejang perut, bercak pada kulit, suhu tubuh menurun dan lemah, juga dapat terjadi kematian akibat kolaps pernapasan. Pada keracunan kronik dapat menyebabkan demam, anoreksia, kerusakan ginjal, depresi dan bingung. Sampel yang digunakan pada pengujian ini merupakan sampel makanan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dibeberapa warung penjualan makanan. Kategori penjual makanan dikelompokkan ke dalam kategori makanan gerobak pinggir jalan dan makanan rumah makan. Variabel yang diamati yaitu ada atau tidaknya kandungan Boraks dalam makanan. Pengujian boraks menggunakan bahan ekstrak kunyit. Uji boraks 1. Sediakan sampel yang akan diuji yaitu makanan gerobak pinggir jalan dan makanan rumah Sediakan ekstrak kunyit dengan konsentrasi 100% dengan cara menimbang kunyit sebanyak 50 gr dan dilarutkan kedalam aquades 50 ml kemudian disaring kunyit dihaluskan dan diambil ekstraknya. 3. makanan dihaluskan dengan menggunakan mortar kemudian simpan dicawan petri yang berbeda. 4. Masukkan sebanyak 1 gr sampel yang telah dihaluskan kedalam plat tetes yang telah diberi label 5. Teteskan masing-masing sampel dengan ekstrak kunyit dan amati perubahan warna yang terjadi. 1 2 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya SOLOPOSCOM - Siswa Kelas IX A MTsN 3 Boyolali meneteskan air kunyit ke jajanan sekolah yang mereka coba, Selasa (2/8/2022). Hal tersebut adalah percobaan untuk uji coba boraks dengan air kunyit. (Solopos/Ni'matul Faizah). Solopos.com, BOYOLALI - Puluhan anak-anak kelas IX A MTsN 3 Boyolali
Gabung KomunitasYuk gabung komunitas {{forum_name}} dulu supaya bisa kasih cendol, komentar dan hal seru lainnya. Boraks merupakan suatu senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk kamper dan pengusir serangga. Boraks mulai disalahgunakan pada makanan karena sifat garam borat yang mampu menghasilkan tekstur kenyal pada bahan yang diaplikasikannya. Konsumsi boraks sangat merugikan kesehatan karena dapat menyebabkan kanker, peradangan, bahkan kematian. Kunyit dapat digunakan sebagai media sederhana untuk mengetahui kandungan boraks pada makanan, seperti bakso dan sosis. Prinsip ini telah lama digunakan pada laboratorium makanan. Hal ini juga telah diterapkan untuk mendeteksi kandungan cemaran Boron pada air sungai. Prinsipnya adalah struktur Beta-diketon pada kunyit mudah terlepas dan menyebabkan hidrogen terbebas dan berikatan dengan senyawa borat. Hasil ikatan ini dinamakan rosocyanin yang akan membentuk warna merah kecoklatan, pertanda terdapat kandungan boraks di dalam makanan. Cara Mendeteksi Boraks pada Makanan dengan Menggunakan Kunyit Cara melakukannya cukup mudah, bahkan bisa dilakukan di rumah. 1. Hancurkan kunyit sebanyak 15 gram dengan blender atau mortar. 2. Tambahkan 100 ml alkohol 70% yang dijual bebas di pasaran. Biarkan tercampur rata. Saring agar ampas kunyit tidak ikut terbawa. 3. Celupkan kertas ke dalam cairan tersebut. Kertas yang digunakan dapat berupa kertas saring atau kertas yang tidak ada coating pelicin pada permukaannya sehingga cairan kunyit dapat terserap dengan baik. Celupkan selama 1 jam dan keringkan dengan angin. Jangan mengeringkan kertas di bawah sinar matahari. 4. Ambil 50 gram makanan yang akan diuji. Hancurkan makanan tersebut dengan mortar dan tambahkan sedikit air. Makanan harus dihancurkan terlebih dahulu agar reaksi kunyit dan boraks dapat terjadi secara tepat. 5. Setelah hancur, tambahkan cuka pekat. Celupkan kertas yang mengandung kunyit. Kertas tersebut akan berubah warna menjadi merah kecoklatan jika makanan mengandung boraks. Sebagai konfirmasi, Anda dapat mencelupkan kertas yang berwarna merah kecoklatan tersebut pada air sabun pekat. Kertas tersebut akan berwarna hijau-biru gelap. Kertas ini akan kembali berwarna merah kecoklatan jika terkena asam. Demikian tips mendeteksi kandungan boraks dalam makanan dengan menggunakan kunyit. Semoga bermanfaat. Sumber Artikel bermanfaat lainnya Manfaat Makan dengan Beralas Daun Pisang Fakta Menarik tentang Kelapa, Mesti Tahu 13-08-2015 1158 wah simpel juga yah caranya makasih gan infonya yah 13-08-2015 1200 Ntar ane coba gan 13-08-2015 1206 wow bisa ane coba ama bakso didaerah ane ini desas desusnya banyak boraks di bakso 13-08-2015 1257 Kaskus Maniac Posts 7,691 Harus di coba ni gan 13-08-2015 1302 Kaskus Addict Posts 2,486 wah boleh nih dengan menggunakan kunyit bisa mendeteksi kandungan boraks 13-08-2015 1617 Kaskus Addict Posts 2,011 QuoteOriginal Posted By dhenny54►Harus di coba ni gan wakakaa jgn kelupaan gan 13-08-2015 1641 sip bro...nanti ane kemana mana mesti bawa nih kunyit sakti 13-08-2015 1652 Mortar itu bukannya senjata seperti bom yah gan?? 13-08-2015 1657 Kaskus Maniac Posts 5,134 Wah sayang gak ada pic nya...harusnya tambahin pic biar lebi detil 13-08-2015 1702 Kaskus Addict Posts 2,117 ternyata masih rumit ... kirain cuma diolesin kunyit, tuh makanan keluar tulisan BORAKS 13-08-2015 1752 Kaskus Addict Posts 2,113 Udah pernah denger sih gan.. Tapi Nice Info ya gan, harus bawa kunyit saat membeli makanan 13-08-2015 2132
LAPORANRESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA PERCOBAAN II "PENGUJIAN BORAKS DAN ASAM BORAT DALAM BAHAN PANGAN" Disusun oleh: Nama : Hasna Ulfiani NIM : 12312241028 Prodi : Pendidikan IPA Kelompok : II B Tanggal Praktikum : 28 Mei 2015 LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 A. Judul Pengujian Boraks dan Asam Borat dalam
0% found this document useful 0 votes3 views9 pagesOriginal TitleLaporan Uji Boraks Menggunakan Kunyit_Adhani Nur F& Triana Nurul S-dikonversi-1Copyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes3 views9 pagesLaporan Uji Boraks Menggunakan Kunyit - Adhani Nur F& Triana Nurul S-Dikonversi-1Original TitleLaporan Uji Boraks Menggunakan Kunyit_Adhani Nur F& Triana Nurul S-dikonversi-1Jump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

organik Asam klorida pada uji boraks dalam bakso ini berfungsi untuk memisahkan senyawa boraks dan bahan-bahan organik di dalam ekstrak daging. Saat boraks terpisah dengan ekstrak daging, boraks akan segera teridentifikasi oleh kombinasi PVA dan kurkumin. Reaksi yang terjadi antara boraks dalam bakso dengan HCl dalam reagen Curcumax adalah

Ahmad Fauzan Sazli ilustrasi / JAKARTA, KabarKampus – Boraks seringkali digunakan sebagai pengawet makanan. Untuk itu masyarakat harus hati-hati dalam memilih makanan, karena kandungan pengawet yang satu ini berbahaya bagi kesehatan. - Advertisement -Salah satu cara untuk menguji kandungan boraks dalam makanan adalah dengan menggunakan alkohol. Namun mahasiswa Prodi Pendidikan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan indikator alami yakni kunyit yang dikenal dengan kandungan kurkumin untuk menguji kandungan boraks tersebut. Mahasiswa tersebut adalah Na’in Anggraeni, Lutfiyatul Fuadah, Wheny Anif, Rifqi Ramadani, dan Dewi Sundar. Mereka melakukan penelitian dengan membuat paper test kit sederhana untuk Analisis Kadar Boraks dalam Makanan. Na’in Anggraeni, ketua tim peneliti mengatakan, bahwa kunyit merupakan bahan alami yang bisa digunakan untuk menguji kandungan boraks dalam makanan. Adanya kurkumin dalam kunyit membuat kunyit dapat digunakan sebagai kit yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan boraks secara sederhana. “Oleh karena itu, penelitian pembuatan paper test kit untuk analisis kadar boraks dalam makanan ini sangat diperlukan,” lanjutnya. Na’in menjelaskan, proses paper test kit dengan kunyit ini diawali dengan menumbuk halus kunyit dengan menggunakan mortar, ditambah sedikit air, dan disaring di dalam beaker glass. Kemudian air kunyit di dalam beaker glass sebagian dituangkan pada petridish. Setelah itu kertas whatman dicelupkan ke dalam petridis dan dibolak-balik hingga semua permukaannya rata dengan air kunyit. Langkah selanjutnya adalah kertas whattman ditata di atas papan dan dikeringkan di bawah terik sinar matahari. Lakukan langkah di atas pada larutan kunyit dengan perbandingan 5 ml kunyit dan 1 ml air. Kemudian lakukan uji daya kesensitivan paper test kit. Dari pengujian yang telah dilakukan, paper test kit ini mampu mendeteksi kandungan boraks pada makanan dengan kadar minimal 200 ppm. Semakin besar kadar ppm dari boraks maka semakin jelas warna coklat pada paper test kit. Menurut Na’im, alat ini digunakan dengan membuat ekstrak dari makanan yang akan diketahui kandungan boraksnya, misalnya pada bakso. Bakso ditumbuk dan ditambahkan sedikit air sehingga ekstraknya dapat diambil. Kemudian diteteskan ke paper test kit. Apabila warnanya berubah menjadi coklat, makanan itu mengandung boraks. Paper test kit sederhana ini dapat mendeteksi kandungan boraks hingga 200 ppm. Sementara para pembuat bakso komersial biasa menambahkan boraks ke dalam adonan bakso dengan kadar 0,1 – 0,5 % dari berat adonan. Jika dikonversikan ke dalam ppm menjadi sekitar 800-4000 ppm. Dengan adanya alat ini, tambah Na’in, masyarakat akan dapat meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung boraks, yang dapat menimbulkan berbagai penyakit berbahaya bila sudah melebihi ambang batas di dalam tubuh manusia. [] - Advertisement -
UjiBoraks Pada. Beberapa Produk di Palembang. Laporan Praktikum Biokimia II. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sriwijaya ULFA ZUAIMAH B (06101381320010) DosenPengasuh : I.. Percobaan ke. Drs. Made Sukaryawan, M.Si: VII (Tujuh) Desi, S.Pd., M.T. II. III. IV. V. Tanggal Praktikum: 02 Maret 2016 Judul Praktikum: Uji Boraks Pada Beberapa Produk di

IDENTIFIKASI BORAKS PADA BAKSO DAN PERILAKU PENGGUNAAN BORAKS PADA PENJUAL BAKSO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAPAKIR KECAMATAN BOJONGLOA KALER KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Dr. Yeni Mahwati, Dra. Nina Rosliana. MT 2, Holi Holiah, Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta Bandung 123 ABSTRAK Boraks adalah senyawa kimia yang dapat membahayakan bagi tubuh manusia. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 menyatakan bahwa memberikan wewenang kepada Badan POM untuk melakukan pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan yang beredar Data Puskesmas Sukapakir tahun 2012 ditemukan uji boraks positif pada pengolahan cireng dan mie. Tujuan penelitian mengetahui kemungkinan terdapat kandungan boraks pada bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Tahun 2016. Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survey deskriptif jumlah sampel yang digunakan sebanyak 76 orang penjual bakso menggunakan teknik total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan uji boraks laboratorium dan uji kunyit dan tusuk gigi. Teknik dalam analisis penelitian ini dilakukan dengan univariat. Hasil penelitian diketahui dari 76 sampel bakso menunjukan seluruhnya negatif dan hampir seluruhnya tidak menggunakan boraks. Didapatkan pengetahuan baik sebanyak 36 orang atau 47,4%, sikap postif sebanyak 52 orang atau 68,4%, pendidikan SD sebanyak 32 orang atau 42,1% dan tingkat sosioekonomi tinggi sebanyak 49 orang 64,5%, serta toko obat yang ia ketahui sebagai tempat boraks sebanyak 41 orang atau 53,9%. Disarakan pada pihak Puskesmas perlu diadakan pemberian pengawasan tanda alat kontrol label stiker makanan aman bebas boraks serta meningkatkan perhatian dari tenaga kesehatan dan dinkes, agar selalu tidak menggunakan boraks. One aspect of life that needs attention is the problem of food and Distribution of food can be harmful to health in the environment among which Borax is a chemical compound that can be harmful to the human body. Data Puskesmas Sukapakir discovered borax test positive on cireng processing and noodles. The purpose of research to describe the use of factors of borax in meatballs seller at subdistrict Puskesmas Sukapakir Bojongloa Kaler Bandung. The method Descriptive research with a descriptive survey approach the number of samples used by 76 people meatball sellers using total sampling technique. Tool data collection using questionnaires and test borax laboratory and test turmeric and a toothpick. Techniques in the analysis of this study conducted by univariate. The survey results revealed 76 samples showed almost entirely negative meatballs and almost entirely using borax. Good knowledge gained as many as 36 people or positive attitude as many as 52 people or elementary education as much as 32 people or and a high socioeconomic level as many as 49 people as well as drugstores that he known as a place of borax as many as 41 people or At the health center have suggested there should be the provision of supervisory control tool marks label stickers safe food free of borax as well as increasing attention from health professionals and health office, so always use borax. Kata Kunci Boraks, Penjual Bakso STIKes Dharma Husada Bandung 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu upaya dari pembangunan nasional yang diselenggarakan di semua bidang kehidupan guna terciptanya keadaan sehat yang adil dan merata yang artinya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya dari segala aspek kehidupan dan lapisan masyarakat mulai dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Salah satu aspek kehidupan yang perlu diperhatikan adalah masalah pangan dengan diusahakan dalam mengolah makanan menghasilkan produk makanan yang disukai dan bermutu baik serta aman untuk dikonsumsi. Keselamatan dan kesehatan masyarakat harus dilindungi terhadap pangan yang tidak memenuhi syarat dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, peredaran dan perdagangan pangan yang tidak benar Depkes RI, 2001. Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer dari manusia selain sandang dan papan. Pangan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu dibutuhkan suatu jaminan bahwa pangan yang dikonsumsi sehari-hari oleh manusia memiliki tingkat keamanan yang tinggi, sehingga manusia dapat bebas dari serangan penyakit atau bahaya yang berasal dari makanan. Pemerintah menyadari pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsi oleh manusia sehingga menetapkan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 yang mengatur pangan di Indonesia. Disamping itu terdapat Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, memberikan wewenang kepada Badan POM untuk melakukan pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan yang beredar Kemenkes, 2014. Peredaran pangan tersebut dapat membahayakan kesehatan di lingkungan masyarakat. Salah satu penjaminan pangan yang bermutu dan aman merupakan tanggung jawab pemerintah, industri pangan dan konsumen, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Banyak bahan kimia berbahaya yang biasanya digunakan untuk bahan industri yang digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan misalnya, rhodamin B, formalin, methanil yellow, dan boraks. Namun yang paling berbahaya dan sering digunakan dan dijual bebas dimasyarakat adalah formalin dan boraks Cahyadi, 2008. Boraks adalah senyawa kimia dengan nama Natrium Tetraborat H2O. Boraks berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Boraks biasanya digunakan dalam pembuatan antiseptik dan deterjen. Mengkonsumsi boraks tidak menimbulkan akibat secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Dampak buruk penggunaan boraks bagi kesehatan adalah iritasi saluran cerna yang ditandai dengan sakit sakit kepala, pusing, muntah, mual, diare, penyakit kulit yakni kemerah bata .an pada kulit, diikuti dengan terkelupasnya kulit ari. Gejala lebih lanjut adalah badan menjadi lemah, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan shock hingga kematian Cahyadi, 2008. Banyaknya penggunaan borak pada bakso merupakan produk dari daging, baik daging sapi, ayam ikan maupun udang. Bakso dibuat dari daging giling dengan bahan tambahan utama garam dapur NaCl, tepung tapioka, dan bumbu berbentuk bulat seperti kelereng dengan berat 25-30 gr per butir, banyak orang menyukai bakso dari anak-anak sampai orang dewasa. Bakso biasanya di sajikan sebagai makanan bersama dengan mie, kuah kaldu serta sayur dan bumbu sebagai pelengkapnya. Sehingga dalam semangkuk mie bakso sudah terdapat karohidrat, dan vitamin. Dalam pengolahan makanan diharapkan agar makanan yang kita olah dapat menjadi makan yang disukai, baik serta aman untuk di konsumsi Widyaningsih, 2009. Penelitian yang terkait tentang boraks yang telah dilakukan oleh Rahmanita 2011 judul penelitianya tentang hubungan pengetahuan sikap dan perilaku ibu di Kelurahan Beringin Kota Jambi Mengenai jajanan anak SD yang mengandung pengawet terlarang dan pewarna berbahaya menemukan hasil sebanyak 55 52,4% reponden memiliki pengetahuan yang kurang, 68 64,8% responden memiliki sikap yang sedang, dan 69 65,7% responden dan memiliki perilaku yang sedang. Tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap, p=0,07 dan tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dan perilaku p=0,592 Penggunaan boraks pada makanan tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan setiap orang yang STIKes Dharma Husada Bandung 2 tidak ada batasnya. Setelah kebutuhan yang satu terpenuhi, akan muncul kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, perlakuan yang dilakukan oleh seseorang berpedoman pada prinsip ekonomi. Motif ekonomi adalah alasan seseorang untuk melakukan sesuatu atau dorongan dari dalam diri manusia untuk berbuat atau bertindak secara ekonomis untuk memperoleh keuntungan. Keadaan perekonomian Indonesia yang semakin sulit, harga bahan-bahan yang semakin meningkat memacu penjual untuk lebih cerdik dalam memproduksi atau menjual makanan dengan harga tetap terjangkau Koentjaraningrat, 2011. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan dan Peraturan Mentri Kesehatan serta Undang-Undang tentang perlindungan pangan, namun dalam kenyataannya masih sering sekali ditemukan kasus penggunaan boraks dalam berbagai industri makanan di tanah air yaitu Indonesia. Hasil pemeriksaan laboratorium Badan POM Pemeriksa Obat dan Makanan Denpasar terhadap bakso dan ikan segar di Jembrana Bali, dari 35 sampel 22 penjual di 5 di Kecamatan Melaya, 7 di Kecamatan Mendoyo dan satu penjual di Kecamatan Perkutatan, 19 sampel 54, 29 persen diantaranya dinyatakan positif mengandung boraks. Jumlah kandungan boraks yang ditemukan bervariasi antara 0, 63 ppm sampai 132, 142 ppm Menkes, 2014. Data Jawa Barat menurut Laporan pengamatan Badan POM tahun 2014 ditemukan prevalensi formalin pada makanan sebesar 6,9 persen, sedangkan prevalensi yang mengandung boraks pada bakso sebanyak 75,8 persen, dari data yang menunjukan diatas dapat diketahui bahwa banyak makanan yang beredar dipasaran, sehingga dapat membahayakan dari segi lingkungan dan kesehatan bagi tubuh manusia. Data Kota Bandung ditemukan Hanya empat sample yang dinyatakan bebas dari boraks dan formalin dan selebihnya ditemukan 52,38% boraks dalam bakso, ditemukan 42,60% dari 30 sampel bakso yang diambil dari pasar di daerah Bekasi dan Jakarta LPBP, 2014. Berdasarkan data Dinkes Kota Bandung dapat diketahui dari 30 kecamatan dengan 180 sampel jajanan makanan, yang menunjukan positif penggunaan borkas sebanyak 17 jajanan makanan atau 9,4 % Dinkes, 2015. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa kaler mengenai borkas, ditemukan 76 penjual bakso yang ramai dikunjungi pembeli setiap harinya yaitu penjual bakso keliling jajanan yang digemari oleh semua kelompok umur dan golongan masyarakat disekitarnya. Hal ini dikawatirkan bakso yang dijual oleh penjual keliling tersebut terdapat bahan tambahan makanan terlarang yaitu boraks yang dapat membahayakan konsumen. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah bakso yang dijual tersebut mengandung boraks. Adapun alasan peneliti memilih di wilayah Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler karena belum ada penelitian yang terkait tentang boraks khususnya pada bakso. Puskesmas hanya pernah melakukan uji boraks pada pengolahan cireng yang dijual pada daerah sekitar SMPN 33 yang letaknya berada di wilayah Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler tersebut, selain itu ditemukan juga pada pengolahan makanan mie dan hasilnya positif mengandung bahan boraks. Selain pelaku penjual yang menggunakan bahan berbahaya tersebut dalam produk mereka mungkin karena keinginan untuk mendapatkan untung yang besar dan kurangnya pengetahuan terhadap bahaya yang terkandung dalam boraks pada kesehatan manusia. Menurut Suparinto dan Hidayati 2010 menyatakan dampak pada boraks dapat menyebabkan racun dalam tubuh yaitu penyakit gangguan ginjal, bahkan kematian jika kadar boraks masuk dalam tubuh terus menerus. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penjual bakso yang menggunakan boraks diantaranya dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan, sikap, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Faktor kedua, adalah faktor pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas, faktor ketiga yaitu faktor penguat yang mencakup tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas, undang-undang, peraturan-peraturan menghentikan penggunaan boraks pada makanan tidaklah cukup hanya dengan sebuah STIKes Dharma Husada Bandung 3 peraturan dengan pendekatan perilaku Notoatmodjo, 2010. perubahan Berdasarkan hasil wawancara pada penjual bakso dalam hal penggunaan pemakaian boraks, tidak ada penjual yang menambahkan boraks pada baksonya, dikarenakan pengetahuan yang baik, akan tetapi para penjual hanya menebak bahwa dengan menggunakan bahan berbahaya boraks dalam produknya penjual menggap bahwa produknya bisa bertahan lama dan mengerti bahaya dampak dari boraks tersebut. Selain itu tujuan penggunaan boraks antara lain untuk efisiensi karena dengan bahan berbahaya ini harganya murah, mudah didapat dan hanya dengan menambahkan sedikit saja pada produknya sudah bisa mendapatkan hasil yang baik dan maksimal. Alasan yang kedua adalah untuk memperbaiki nilai estetika karena bahan tersebut membuat tampilan bakso dalam mie menjadi lebih menarik, antara lain tidak berair, kenyal, dan memiliki warna yang cerah. Alasan lain penggunaan bahan tersebut adalah untuk meningkatkan daya tahan produk, dimana seperti kita ketahui pangan segar dalam suhu kamar hanya dapat bertahan 1-2 hari, tetapi dengan menambahkan boraks dapat bertahan sampai 15 hari, dan ini sangat menguntungkan penjual. Untuk memperkuat alasan peneliti tentang boraks dicantumkan beberapa temuan-temuan tentang boraks yaitu yang dilakukan Hikmawati di kota Medan tahun 2010, diperoleh hasil Sampel bakso, dari 12 sampel diperoleh 100% positif mengandung boraks, dan 65 sampel lainya negatif, namun tidak selaras dengan penelitian Andi di Makasar 2012 yang menemukan hasil bakso yang dijual adalah negatif. Penelitian Pramutia 2013 di Makasar bakso yang diuji tidak menunjukan tanda-tanda perubahan warna pada Kurkumin dan nyala api yang artinya tidak terdapat boraks, akan tetapi 45 dari 2 bakso ada yang menunjukan boraks terdapat 5 sampel bakso, begitupun penelitian Rahman 2011 dilakukan di Bali yang tidak menemukan hasil uji laboratorium bahwa bakso tidak mengandung boraks. Selain itu pihak dinas melalui Puskesmas hanya dilakukan 1 kali dalam setahun terakhir yaitu pada tahun 2012 dengan uji boraks hanya 4 sampel bakso, oleh karena itu peneliti ingin mencoba terjun langsung dengan membuktikan bahwa uji kunyit dapat mendeteksi boraks disertai tusuk gigi dengan alasan disamping tusuk gigi bersifat ekonomis dan praktis serta mudah dibawa kemana-mana juga simpel didukung tata cara penggunaan tusuk gigi pada bakso. Penemuan uji boraks pada bakso sangat beragam diantaranya dengan cara Supernatan yaitu bakso dipanaskan di atas penangas air, ditambahkan H2SO4 pekat dan etanol, apabila dibakar nyala api berwarna hijau maka bahan makanan tersebut mangndung boraks, selain penemuan tersebut ada cara lain diantaranya yaitu dengan uji boraks menggunakan tradisional diantaranya yaitu dengan kunyit dan tusuk gigi. Cara menggunakanya yaitu tusukkan gigi ke kunyit terlebih dahulu, kemudian tusukkan pada makanan yang akan diuji selama 5 detik, maka akan kelihatan apakah makanan tesebut mengandung boraks atau tidak, karena kunyit akan bereaksi terhadap bahan kimia. bila terdapat kandungan boraxnya, maka tusuk gigi tesebut akan berwarna merah bata . Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas yang diperkuat oleh hasil temuantemuan penelitian yang lain dan jurnal-jurnal, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengetahui Boraks Pada Bakso dan Perilaku Penggunaan Boraks pada penjual Bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Tahun 2016 METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian untuk mendeskriptifkan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau Masyarakat Notoatmodjo, 2010. Pada penelitian ini bertujuan untuk Identifikasi Boraks Pada Bakso dan Perilaku Penggunaan Boraks pada penjual Bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung Pendekatan waktu dalam pengumpulan data menggunakan pendekatan survey deskriptif adalah suatu desain penelitian yang digunakan untuk menyediakan informasi yang menggambarkan tentang prevalensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Identifikasi Boraks Pada Bakso STIKes Dharma Husada Bandung 4 dan Perilaku Penggunaan Boraks pada penjual Bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler Tahun 2016. Sedangkan untuk uji boraks dilakukan dengan cara pemeriksaan sampel bakso yang diambil dari setiap sampel pada penjual bakso masingmasing 2 sampel, kemudian dilakukan uji laboratorium dan dilakukan uji kunyit dan tusuk gigi. Variabel penelitian Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur Rianto, 2011. Variabel pada penelitian ini yang digunakan yaitu faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tempat penyedia boraks menyusun instrumen hubungan faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tempat penyedia boraks dengan penggunaan boraks pada penjual bakso. Selanjutnya instrumen tersebut disusun menjadi instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data, sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen tersebut Notoatmodjo, 2012. Sedangkan untuk mendeteksi boraks pada bakso peneliti dapat melakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan kunyit dan tusuk gigi, serta langkah-langkah dan cara kerja terlampir. Pada deteksi boraks ini dilakukan pemeriksaan awal dari 76 sampel mengggunakan tusuk gigi, apabila ditemukan postif boraks dari jumlah sampel tersebut dilanjutkan dengan tes penegasan di Laboratorium kesehatan kota Bandung dengan metode kurkumin. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti Notoatmodjo, 2012. Berdasarkan data yang diperoleh populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual bakso keliling di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung sebanyak 76 orang. Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi Sugiyono, 2014. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono 2007 jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 76 orang. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui Notoatmodjo, 2012. Langkah-langkah penyusunan kuesioner dilakukan dengan Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan setiap item dalam mengukur instrumennya. Teknik uji yang digunakan adalah teknik Korelasi Item-Total melalui Koefisien Korelasi Product-Moment dengan ketentuan bila r hasil > r tabel, maka pertanyaan yang diuji kevalidannya korelasikan dengan skor total seluruh item Instrumen Arikunto, 2014. Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment” yang dirumuskan sebagai berikut rxy = µâˆ ¿’€âˆ’∠¿ ∠’€ √{∠¿Ÿâˆ’∠¿Ÿ}−{µ ∠¿Ÿ −∠¿Ÿ } Keterangan rxy Indeks dua variabel korelasi X Skor rata-rata dari X Y Skor rata-rata dari Y Pada peneliti ini dengan jumlah Responden yang dibutuhkan sebanyak 30 orang dengan r tabel 0,361 dan ditentukan berdasarkan nilai baku dimana, jika r hitung >0,361= Valid, dan konstanta 0,6 maka pertanyaan tersebut reliabel Riyanto, 2011. Hasil uji reliabilitas dapat dipaparkan sebagai berikut, untuk variabel pengetahuan diketahui nilai alpha cornbach sebesar 982, variabel sikap sebesar 958 dan variabel perilaku sebesar 731. Hasil reliabilitas dari masingmasing variabel dinyatakan sudah reliabel dan sudahlayak digunakan untuk penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan tahapan sebagai berikut 1. Peneliti meminta ijin kepada penjual bakso dengan cara menggunakan informed consent dan diijinkan. 2. Peneliti mengujikan pemeriksaan sampel bakso yang kemungkinan ada kandungan boraks didalam bakso dengan uji laboratorium sampel 1-10 dan uji kunyit dan tusuk gigi sampel 1-76. 3. Pada pengambilan sampel bakso tersebut peneliti dibantu oleh 1 orang natural leader 4. Setelah dilakukan pemeriksaan bakso selama 1 minggu, peneliti membagikan kuesioner, dan dibacakan oleh peneliti. 5. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku, pendidikan responden. 6. Setelah pertanyaan dalam kuesioner tersebut terisi penuh, peneliti memeriksa jawaban responden, barangkali mungkin ada item pertanyaan yang belum terisi. 7. Setelah dilakukan pemeriksaan kuesioner tersebut peneliti melakukan analisis dan dipaparkan dalam BAB IV. Teknik Pengolahan dan Analisa Data Proses pengolahan data ini melalui tahap-tahap sebagai berikut Editing Pengeditan Data, Coding Pengkodean, Data Entry Pemasukan Data, Cleaning Data Pembersihan Data. Pada analisis data ini dilakukan Analisis Univariat yaitu analisa yang menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel Notoatmodjo, 2014. Adapun analisis dalam penelitian ini yaitu menggunakan rumus persentase frekuensi yaitu untuk mengetahui hasil persentase dalam setiap kategori dari jawaban responden digunakan rumus sebagai berikut = ’‡ ŸŸŽŸŽ% µ Keterangan P = presentase untuk setiap kategori f = jumlah setiap kategori N = jumlah total responden HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel Identifikasi Boraks Pada Bakso uji Laboratorium dan kunyit dan tusuk gigi dengan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir No Sampel Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 10 Uji laboratorium Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Uji kunyit dan tusuk gigi Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Keterangan Negatif, Negatif, Negatif, Negatif, STIKes Dharma Husada Bandung 6 Berdasarkan tabel diketahui bahwa hasil uji boraks yang dilakukan dengan dua cara yaitu sampel bakso 1-10 menggunakan uji laboratorium dan kemudian dilakukan ulang uji boraks antara sampel bakso 1-76 dengan cara menggunakan uji kunyit dan tusuk gigi dan hasilnya dapat dilihat lampiran, dari hasil uji tersebut bahwa keduanya dapat mendeteksi boraks pada bakso dan menunjukan negatif dan uji kunyit dan tusuk gigi ternyata bisa mendeteksi boraks. 49 orang atau 64,5%, dan toko obat yaitu 41 orang atau 53,9%. Tabel Gambaran Penggunaan Boraks pada penjual bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Pada sampel bakso dilakukan 2 uji 10 bakso diantaranya dilakukan dengan uji Laboratorium dengan tahapan sebagai berikut sampel diambil dibeli dari penjual bakso yang dijual di sekitar Wilayah kerja Puskesmas Sukapakir Waktu pengambilan Sampel 1 sampai dengan sampel 10 diambil pada pagi hari dan dibantu oleh natural leader. Identifikasi boraks menggunakan metode Easy Test dengan cara, campur sampel yang telah dicincang dengan HCL teknis dengan jumlah yang sama banyak, tambahkan reagen cair sebanyak 10 tetes, campur, tempelkan kertas uji pada sampel amati perubahan yang terjadi. Kertas uji tidak ada yang berubah menjadi merah bata . bata dan menunjukan tidak adanya kandungan boraks pada sampel bakso. Penggunaan boraks Menggunakan boraks Tidak menggunakan boraks Total f 0 76 n=76 % 0 100 Berdasarkan diketahui tentang penggunaan boraks dari 76 orang hampir seluruhnya 76 orang atau 100% penjual bakso tidak menggunakan boraks Tabel Gambaran pengetahuan penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Pengetahuan Baik Cukup Kurang Sikap Positif Negatif Tingkat pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Sosioekonomi Rendah Tinggi Tempat Boraks Toko Obat Toko Bahan Kue Toko Kimia Total f 36 32 8 % 47,4 42,1 10,5 52 24 68,4 31,6 9 32 26 9 11,8 42,1 34,2 11,8 27 49 35,5 64,5 41 33 2 n=76 53,9 43,4 2,6 Berdasarkan tabel diketahui bahwa pengetahuan penjual bakso dari 76 orang tentang boraks hampir separuhnya memiliki pengetahuan baik yaitu 36 orang atau 47,4%, memiliki sikap postif sebanyak 52 orang atau 68,4%, tingkat pendidikan SD yaitu 32 orang atau 42,1%, tingkat sosioekonomi tinggi yaitu Pembahasan Berdasarkan tabel dari 76 sampel diketahui pada sampel bakso dari 1 sampai 10 dilakukan dengan uji laboratorium, kemudian dilanjutkan dari sampel bakso 1-76 dilakukan dengan uji kunyit dan tusuk gigi. Hasil uji tersebut menunjukan hampir seluruhnya sampel bakso tersebut negatif. Sedangkan uji boraks dengan menggunakan kunyit dan tusuk gigi tahapannya sebagai berikut, sampel bakso diambil membeli dari penjual bakso yang dijual di sekitar Wilayah kerja Puskesmas Sukapakir Waktu pengambilan Sampel 1 sampai dengan sampel 76, kemudian, tusukkan tusuk gigi pada kunyit terlebih dahulu, kemudian tusukkan pada makanan yang akan diuji, setelah kira-kira 5 detik, maka akan terlihat apakah makanan tersebut mengandung boraks dan tidak ada yang menunjukan perubahan warna, kunyit tidak bereaksi terhadap bahan kimia termasuk boraks yaitu dengan tidak ada perubahan warna. Bila makanan mengandung boraks, maka tusuk gigi tersebut akan berwarna merah bata. Hasilnya menunjukan tidak ada perubahan warna pada tusuk gigi tersebut artinya bakso tidak menunjukan positif. Sejalan dengan yang telah dilakukan pada penelitian Limit Of Detection LOD metode identifikasi boraks dengan kertas kurkumin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terkecil boraks pada sampel yang STIKes Dharma Husada Bandung 7 masih bias dideteksi dengan metode ini. Proses penentuan LOD dilakukan dengan cara yang sama seperti perlakuan pada sampel. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel Dari tabel tersebut dapat diketahui 10 sampel bakso tidak menunjukan negatif begitupun pada bakso 76 sampel hasilnya sama menunjukan negatif. Menurut Cahyadi 2010 secara teori dijelaskan bahwa senyawa asam boraks ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut jarak lebur sekitar 171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tetrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat HBO2. Asam boraks merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa. Satu gram asam boraks larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam boraks tidak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida. Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 BM = 368. Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah bata Svehla, 2012. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah bata dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar 25 derajat celcius, berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap Yuliarti, 2013. Selaras dengan penelitian Pramutia 2013 bahwa bakso yang dianalisis dengan metode nyala api membuktikan bahwa sampel A, B, dan C yang beredar di SDN Kompleks Mangkura tidak teridentifikasi adanya boraks dan bebas dari kandungan boraks. Tidak dapat dilakukan penelitian kuantitatif untuk mengetahui kadar boraks dari jajanan bakso karena pada penelitian menghasilkan nilai yang negatif tidak mengandung boraks. Asumsi peneliti hampir semua bakso menunjukan hasilnya negatif, baik hasil uji laboratorium maupun hasil uji kunyit dan tusuk gigi. Hal tersebut pembinaan kepada responden adalah terus melakukan pemantauan dan pembinaan, karena walapun tidak ada bakso yang menunjukan positif boraks, akan tetapi banyak item uji yang terdapat didalam bakso seperti mie, kecap, saos yang kemungkinan terdapat kandungan boraks. Selain itu ditinjau dari karakteristik responden juga berbeda-beda, memiliki pengetahuan baik, sikap positif, dan pendidikan SD. Walapun pendidikan rendah akan tetapi mereka tahu bahaya dari boraks tersebut, pernyataanya bahwa boraks yang terkandung didalam bakso, jika dikonsumsi terus menerus akan menyebabkan sakit bahkan kematian. Untuk memperkuat pada penelitian ini bahwa hasil menunjukan dari 76 bakso yang diperiksa dan hasilnya negatif. Hal tersebut senada dengan penelitian Rahman 2011 dilakukan di Bali yang tidak menemukan hasil uji laboratorium bahwa bakso tidak mengandung boraks. Penelitian Sinta 2012 yang menemukan sama bahwa sampel bakso dari 35 yaitu negatif, senada dengan yang telah dilakukan Irma 2010 di Manado menunjukan dari 65 sampel bakso adalah negatif, diperkuat dengan penelitian Dandik 2011 dari sampel bakso yang diteliti sebanyak 110 sampel menunjukan negatif dan tidak mengandung boraks. Gambaran penggunaan boraks pada penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 76 orang tidak menggunakan boraks dari hasil uji laboratorium dan uji kunyit dan tusuk gigi membuktikan bahwa hasilnya menunjukan negatif yang artinya seluruhnya para penjual bakso tidak menambahkan bahan makanan boraks kedalam baksonya. STIKes Dharma Husada Bandung 8 Hal ini dihubungan dari hasil uji boraks menunjukan negatif dan hasil kuesioner yang menunjukan pengetahuan responden sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 orang 47,4, sikap postif sebanyak 52 orang 68,4, pendidikan SD sebanyak 32 orang atau 42,1% walapun pendidikan SD akan tetapi mereka tahu dari informasi yang ia dapatkan dari media televisi dan surat kabar bahwa bahaya boraks dapat berbahaya dalam tubuh dan berdampak pada kesehatan seperti penyakit hati dan kematian. Oleh karena itu mereka tidak menggunakan boraks yang dilarang oleh pemerintah. Pandangan peneliti bahwa diketahui hampir seluruhnya dari penjual bakso tidak menggunakan boraks karena dipengaruhi oleh pengetahuan baik, sikap bositif dan informasi yang ia dapatkan dari media massa, media elektronik juga media surat kabar yang mengatakan bahwa boraks adalah bahan berbahaya bagi tubuh. Gambaran pengetahuan penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan penjual bakso diketahui bahwa dari 76 orang tentang boraks yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 orang 47,4, yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 32 orang 42,1 dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 orang 10,5%. Hasil uji statistik didapatkan paling banyak pengetahuan tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir yaitu baik. Hal ini pengetahuan yang dimiliki oleh penjual bakso sangat ditentukan dengan pengguna boraks dengan segala informasi yang diterima dari luar terutama tentang pentingnya keteraturan perilaku boraks sebagaimana dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/MenKes/Per/IX/88 boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang untuk digunakan dalam pembuatan makanan. Dalam makanan boraks akan terserap oleh darah dan disimpan dalam hati. Karena tidak mudah larut dalam air boraks bersifat kumulatif. Dari hasil percobaan dengan tikus menunjukkan bahwa boraks bersifat karsinogenik. Selain itu boraks juga dapat menyebabkan gangguan pada bayi, gangguan proses reproduksi, menimbulkan iritasi pada lambung, dan atau menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes Suklan, 2013 Selaras dengan penelitian Habsah 2012 yang mendapatkan hasil hampir seluruhnya 74% memiliki pengetahuan yang baik, disebabkan karena informasi yang ia dapatkan terhadap bahaya yang terkandung dalam boraks sangat berbahaya bagi tubuh dan kesehatan. Menurut Koentjaraningrat 2011 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan perlakuan melibatkan penafsiran melalui proses pemikiran tentang apa yang dilihat, didengar, dialami atau dibaca sehinggga pengetahuan memengaruhi tingkah laku, percakapan, serta perasaan seseorang. Diperkuat oleh teori Robert Kwick 2014 yang menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri Pandangan peneliti dari hasil jawaban kuesioner responden menyatakan bahwa hampir seluruh pertanyaan tentang pengertian boraks berhasil ia jawab dengan benar yaitu menyatakan zat berbahaya yang tidak diijinkan digunakan dalam berbagai campuran makanan. Walapun para penjual bakso memiliki pengetahuan kurang akan tetapi mereka tidak mencampurkan bahan makanan seperti boraks kedalam baksonya. Hal ini diketahui bahwa pengetahuan kurang mereka tahu informasi dari media elektronik seperti televisi, radio dan surat kabar bahwa borkas adalah racun dalam tubuh yang dapat berdampak kematian. Gambaran sikap penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Hasil penelitian sikap penjual bakso dari 76 orang yang memiliki sikap postif sebanyak 52 orang 68,4%, yang memiliki sikap negatif sebanyak 24 orang 31,6%. Hasil uji statistik didapatkan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir paling banyak sikap positif. Hal ini sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu. STIKes Dharma Husada Bandung 9 Sikap penjual bakso memandang bahwa boraks dapat berbahya bagi kesehatan. Selaras dengan penelitian Ira 2013 yang menunjukan hasil bahwa sebagian responden dari 105 orang, responden memiliki sikap yang sedang, dan 69 65,7% responden dan memiliki perilaku yang sedang. Menurut Notoatmodjo, 2012 Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Pandangan peneliti dari hasil jawaban kuesioner paling banyak menjawab sangat setuju bahwa borks dalam bakso jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam dan depresi. Gambaran tingkat pendidikan penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan penjual bakso dari 76 orang yang tidak sekolah sebanyak 9 orang atau 11,8%, pendidikan SD sebanyak 32 orang atau 42,1%, pendidikan SMP sebanyak 26 orang atau 34,2% dan pendidikan SMA sebanyak 9 orang atau 11,8%. Hasil statistik didapatkan paling banyak penjual bakso dengan pendidikan SD. Hal ini walapun berpendidikan rendah akan tetapi ia tahu bahwa boraks sangat berbahaya bagi kesehatan dan boraks juga sangat dilarang oleh pemerintah. Selaras dengan penelitian Yunarni 2009 yang menunjukan hasil bahwa pedagang dengan tingkat pendidikan tamat pendidikan dasar 9 tahun atau lebih sebesar 60% dan tingkat pendidikan tidak ada hubungan dengan keberadaan boraks pada bakso Sedangkan menurut Sri 2006 berbeda pandangan bahwa pendidikan menyatakan para penjul bakso pada umumnya memiliki pendidikan rendah. Karena pendidikannya yang rendah ini maka pengetahuannya tentang kaidah-kaidah kebersihan higiene dan sanitasi serta persyaratan kesehatan juga rendah. Sebagai akibatnya sikap dan perilaku yang ditunjukkannya juga tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan. Seperti dapat diketahui bahwa meskipun telah ada peraturan yang melarangnya, penggunaan boraks dan bahan pewarna yang berbahaya masih banyak dilakukan dalam pembuatan makanan, terutama bakso. Pemakaian bahan-bahan tersebut dalam pembuatan makanan tidak makin berkurang tetapi makin bertambah. Menurut pandangan peneliti walapun ia berpendidikan SD akan tetapi ia tahu bahaya boraks yang akan menyebabkan kematian apabila terus menerus dikonsumsi kedalam tubuh. Hal ini walapun berpendidikan rendah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang sebagian besar para penjual bakso banyak yang tidak menggunakan boraks, maka semua orang tidak menggunakan boraks. Gambaran sosioekonomi penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Berdasarkan hasil penelitian sosioekonomi penjual bakso dari 76 orang yang memiliki sosioekonomi rendah sebanyak 27 orang 35,5, yang memiliki sosioekonomi tinggi sebanyak 49 orang 64,5. Statistik menunjukan bahwa di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir paling banyak sosioekonomi tinggi. Hal ini pendapatan hasil dari menjual bakso yaitu sebesar dua juta rupiah perbulan, selain itu responden beranggapan bahwa dengan tidak menggunakan boraks pun ia laku dalam berjualan sekitar tempat yang ia kunjungi seperti masyarakat sekitar wilayah tersebut. Selaras dengan hasil penelitian Neng Lia 2013 yang menunjukan hasil hampir seluruh pedagang bakso memiliki pendapatan dua ratus ribu rupiah perhari jika dikaikan satu bulan mencapai lima juta perbulan. Pada dasarnya keluarga yang sosial ekonominya rendah akan mendapat kesulitan untuk membantu seseorang mencapai kesehatan yang optimal Supartini, 2004. Sebaliknya dengan ekonomi keluarga yang meningkat, maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga dalam hal ini penjual bakso dapat STIKes Dharma Husada Bandung 10 meningkatkan sosioekonomi mereka dari segi keluarga Notoatmodjo, 2010. Pandangan peneliti dari pernyataan responden bahwa sebagian memiliki tingkat sosioekonomi yang tinggi dan dengan demikian semakin tingkat sosioekonomi tinggi maka mereka mampu membeli daging untuk mencampurkan bahan bakso seperti mie, toge dan bahan lainya yaitu saos dan kecap, sehingga mereka termotivasi untuk menjual bakso tanpa adanya bahan tambahan boraks kedalam baksonya. Gambaran tempat boraks yang diketahui oleh penjual bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir Hasil penelitian menunjukan bahwa tempat boraks yang diketahui oleh penjual bakso dari 76 orang yang mengatakan toko obat sebanyak 41 orang atau 53,9%, yang mengatakan toko bahan kue sebanyak 33 orang 43,4% dan yang mengatakan toko kimia sebanyak 2 orang atau 2,6%. Hasil statistik menunjukan bahwa sebagian responden tahu bahwa tempat penjual boraks adalah toko obat. Hal ini pernyataan responden adalah salah yang pada dasarnya penjualan boraks dijual di toko kimia, maka dari itu responden menjawab tempat penjualan boraks tidak dapat dijual bebas. Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimianatrium tetrabonat. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam boraks. Boraks atau asam boraks biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kadar air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan. Pandangan peneliti seharusnya boraks tidak dijual bebas baik ditoko obat, toko kimia dan toko bahan kue, karena sudah jelas bahwa pemerintah telah mengharamkan boraks sebagai bahan tambahan, selain berbahaya dalam tubuh boraks juga dapat menyebabkan kematian. Simpulan akhir pada penelitian ini selain uji laboratorium ternyata kunyit dan tusuk gigi juga dapat mendeteksi boraks, disamping harganya ekonomis tusuk gigi juga sangat praktis dan bisa dibawa kemana-mana, sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan uji boraks tersebut dan hasilnya menunjukan negatif, alasannya besar kemungkinan jika dikaitkan dengan hasil kuesioner menunjukan pengetahuan baik tentang boraks pada responden, mereka tahu dari informasi media televisi ataupun surat kabar bahwa boraks adalah bahan tambahan makanan yang dilarang oleh pemerintah dan dapat membahayakan dalam tubuh. Kemudian dilihat dari tingkat sosioekenomis diketahui bahwa pendapatan responden dalam penghasilan menjual bakso perhari cukup tinggi, sehingga mampu membeli daging dan mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Maka dari itu responden tidak menggunakan boraks. Sedangkan jika dikaitkan dengan dinas kesehatan tentang pemeriksaan deteksi boraks dari dines melalui puskesmas hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun hanya jumlah sampel terbatas yaitu 4 sampel bakso saja, dan besar kemungkinan dari informasi pemeriksaan dalam setahun itulah para penjual bakso dilakukan penyuluhan dan diberikan tanda alat kontrol seperti label stiker makanan aman bebas boraks dan penjual bakso tidak menggunakan boraks dan hasilnya negatif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil uji boraks didapatkan dari 76 sampel bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir menunjukan tidak mengandung boraks atau negatif. 2. Hampir seluruhnya dari 76 orang penjual bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir tidak menggunakan boraks atau 100% 3. Didapatkan gambaran pengetahuan penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir menunjukan pengetahuan baik sebanyak 36 orang atau 47,4%. 4. Didapatkan gambaran sikap penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir sikap postif sebanyak 52 orang atau 68,4%. 5. Didapatkan gambaran tingkat pendidikan penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir SD sebanyak 32 orang atau 42,1%. 6. Didapatkan gambaran Sosioekonomi penjual bakso tentang boraks di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir STIKes Dharma Husada Bandung 11 sosioekonomi tinggi sebanyak 49 orang 64,5%. 7. Didapatkan gambaran tempat boraks yang diketahui oleh penjual bakso di Wilayah Kerja Puskesmas Sukapakir toko obat sebanyak 41 orang atau 53,9%. Saran 1. Bagi Puskesmas Perlu diadakan pemberian pengawasan tanda alat kontrol label stiker makanan aman bebas boraks pada setiap penjual bakso bahwa ia telah bebas dari bahan penggunaan boraks, dan serta diberikan informasi yang edukatif dan lebih meningkatkan perhatian dari tenaga kesehatan dan dinkes, agar selalu tidak menggunakan boraks. 2. Bagi Masyarakat Memberikan pemahaman tentang deteksi boraks sederhana kepada masyarakat dan teman sejawat dengan kunyit dan tusuk gigi, sehingga dapat dijadikan bagaimana cara uji boraks yang terkandung dalam bakso. 3. Bagi Penjual Bakso Diharapkan dapat menggali lebih dalam kepada responden yang masih memiliki pengetahuan kurang, sikap negatif dan pendidikan rendah tentang informasi bahaya penggunaan boraks, baik dari media massa, maupun media elektronik. 4. Peneliti Selanjutnya Lebih menggali lebih dalam lagi dari penjual bakso, sehingga dapat menemukan penomena yang lain, seperti uji boraks pada mie, saos dan kecap. DAFTAR PUSTAKA Allport 1954 dalam Notoatmodjo 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Aminah dan Himawan, 2009. Bahan-bahan Berbahaya Dalam Kehidupan. Salamadani, Bandung Arikunto, 2014. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta PT Rineka Cipta Azwar, 2009. Metodologi penelitian. Yogyakarta Pustaka Pelajar Cahyadi, 2010. Bahan Tambahan Pangan. PT. Bumi Aksara. Jakarta Cahyadi, 2013. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Cetakan Revisi. PT. Bumi Aksara. Jakarta Depkes RI, 2001. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI, 2002. Peraturan Menter Kesehatan Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Makanan; Jakarta Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Emil Salim, 2012. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. PT. Bumi Aksara. Jakarta Hidayat, 2007. engantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Buku 1, Jakarta Salemba Medika Hidayati, 2011. Membuat Pewarna Alami. Surabaya Trubus Agrisarana. Koentjaraningrat, 2011. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta Djambatan Menkes, 2014. Tentang Kasus Penggunaan Boraks Dalam Berbagai Industri Makanan Di Tanah Air. Misyka, 2014. Judul Analisis Faktor Resiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks Pada Bakso Di Kelurahan Ciputat. Diunduh dari eam/123456789/25614/1/MISYKA%20 NADZIRATUL%20HAQ%20% Diakses pada tanggal 12 Februari Jurnal Tersedian Online. Mujiantol, 2013. Awas, Bahaya Dibalik Lezatnya Bakso. Penerbit Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia; Pondok Gede. Notoatmodjo, 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta Notoatmodjo, 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Rineka Cipta Nursalam, 2015. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta Salemba Medika Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/ MenKes/Per/IX/88 tentang boraks STIKes Dharma Husada Bandung 12 Ponco, 2002. Bakso Jajanan Mengandung Boraks. Penerbit Kompas; Perumnas .Bekasi. Purwanto, 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Riandini, 2010. Bahan Kimia dalam Makanan dan Minuman. Shakti Adiluhung. Bandung. Riyanto, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika. Robbins & Coulter, 2007. Manajemen dan Motivasiedisi kesepuluh. Jakarta Erlangga. Robert Kwick, 2014 dalam Notoatmodjo, Soekidjo. 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Rohman dan Sumantri, 2013. Analisis Makanan. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Saparinto dan Hidayati, 2014. Bahan Tambahan Pangan. Cetakan I. Kanisius. Yogyakarta. Silalahi dkk, 2012 dalam Jurnal. Indra. Tentang Identifikasi Dan Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan Di Kota Manado. Diunduh dari rmacon/article/download/3104/2648. Diakses pada tanggal 11 Februari 2016 Jurnal Tersedia Online. Suklan H, 2012. Makanan Kesehatan dan Katering, Penerbit CV Miswar, Jakarta. Syah, 2013 Manfaat Dan Bahaya Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bandung. T. Djajadinngrat, 2012. Untuk Generasi Masa Depan “Pemikiran, Tantangan dan Permasalah Lingkungan, ITB. Wawan dan Dewi, 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Prilaku Manusia, Yogyakarta, Nuha medika. Widyaningsih, 2009. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Trubus Agirasana, Surabaya. STIKes Dharma Husada Bandung 13

Padapraktikum kali ini, kami menggunakan tusuk gigi yang telah direndam dalam parutan kunyit selama kurang lebih 30 menit. Setelah 30 menit, keluarkan tusuk gigi kemudian keringkan untuk pengujian kandungan formalin dan boraks pada bahan makanan. Pengujian kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan salah satunya dengan ekstrak kunyit.

Tujuan Praktikum Untuk mengetahui apakah ada kandungan boraks di dalam makanan yang di uji Hari / Tanggal Senin, 08 Januari 2018 Waktu – Tempat Ruang Laboratorium PGSD Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai sodium tetraborate decahydrate merupakan bahan pengawet yan di kenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal putih, jika larut ke dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat H3BO3. dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat Khamid, 1993. Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut jarak lebur sekitar 1710C. Larutan dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85 %, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahana asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 10000C yang secara perlahan berubah menajdi asam metaborat HBO2. Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis Khamid, 2006. Boraks memiliki fungsi sebagai antiseptik zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Pemakaiannya adalah dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu. Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan Vepriati, 2007. Boraks dapt memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnyaseperti mie basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak dengan ciri-cirinya tekstur sangat kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah, putus pada mie basah,. Namun begitu boraks merupakan bahan tumbuhan makanan yang sangat berbahaya bagi manusia karena bersifat racun. Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan orang lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g. b. Bakso bening tanpa kecap dan saos 1. Kupaslah kunyit hingga bersih dari kulitnya 2. Tumbuk kunyit sampai halus atau bisa digunakan blender atau yang lainnya yang dapat menghaluskan kunyit 3. Kemudian, setelah kunyit halus campurkan dengan air secukupnya, lalu aduk agar dapat bercampur dengan merata 4. Lalu, ketika ekstrak kunyit dan air sudah tercampur rata masukkan ke dalam mangkok 5. Setelah itu, ambil tisu dan tusuk gigi yang sudah disiapkan tadi lumuri atau basahkan dengan cairan kunyit tadi hingga meraat 6. Langkah selanjutnya, setelah tisu kering dan berwarna kuning. Cincang gorengan tadi dan olesi ke tisu yang sudah kering dan oles pada tusuk gigi. 7. Lalu, tunggu beberapa menit. Amatilah perubahan yang terjadi. Jika terjadi perubahan warna. Maka pada makanan itu mengandung boraks. Dan bandingkan dengan gorengan yang tidak mengandung boraks. Bahan Warna sebelum di olesi kunyit Warna setelah di olesi kunyit Keterangan Bakso Abu Abu Tidak mengandung boraks Tahu Isi Kuning Kuning Tidak mengandung boraks Tempe Goreng Kuning Kuning Tidak mengandung boraks Note Perubahan warna pada makanan yang mengandung boraks adalah coklat. Bila suatu makanan banyak mengandung boraks, maka warna setelah diolesi dengan kunyit akan berubah menajdi coklat yang sangat pekat, bahkan sampai berwarna coklat kemerahan. Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapat hasil berupa yang pertama, pada bakso dari hasil uji makanan pada bakso dengan menggunakan ekstrak kunyit dengan bantuan media tisu dan tusuk gigi setelah kami mencincang bakso kemudian kami letakkan di atas tisu yang sudah di keringkan dan ditusuk dengan tusuk gigi warna bakso tidak berubah warna hal ini menunjukan bahwa bakso tidak terindikasi mengandung borak karena jika makanan mengandung borak maka makanan tersebut berubah warna menjadi coklat dan jika warnanya tetap maka makanan tersebut tidak mengandung borak. Selanjutnya uji makanan kedua kami menguji tahu isi, kami melakukan hal yang sama kami mencincang tahu isi kemudian kami menaruh tahu isi di atas tisu yang sudah dilumuri ekstrak kunyit dan dikeringkan kemudian di tusuk dengan tusuk gigi kami menemukan bahwa tahu isi tidak berubah warna menjadi coklat hal ini menunjukan bahwa makanan ini tidak terindikasi mengandung borak. Uji makanan terakhir pada uji borak ini adalah kami menguji gorengan berupa tempe goreng, kami melakukan perlakuan yang sama, dan kami menemukan bahwa gorengan tidak berubah warna hal ini menunjukan bahwa gorengan tidak mengandung boraks. Pada makanan yang mengandung boraks, warna yang di hasilkan saat bereaksi tergantung banyak atau tidaknya pemakaian boraks pada pada makanan tersebut. Semakin banyak boraks yang di pakai maka reaksi tersebut warnanya semakin gelap pekat orange-merah-coklat. Bakso lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks. Bila di gigit akan kembali ke bentuk semula, tahan lama atau awet beberapa hari, warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun tengah, bau terasa tidak alami. Ada bau yang muncul bila di lempar ke lantai akan mantul seperti bola bekel. Begitupun dengan gorengan, apabila gorengan di taruhkan boraks maka akan mengalami perubahan warna menjadi coklat. Apabila gorengan tersebut banyak mengandung boraks, maka warna yang akan terjadi setelah di olesi kunyit akan berubah menjadi coklat yang sangat pekat, bahkan sampai berwarna coklat kemerahan. Dengan penelitian ini, kita dapat terbantu dalam mengetahui ada tidaknya kandungan boraks pada bakso dan gorengan. Cara ini dapat di lakukan dengan mudah dan praktis karena tidak perlu di lakukan di labolaturium. Tetapi, kita dapat melakukannya di rumah. Namun setelah kami selesai melakukan penelitian atau uji coba makanan, ternyata kami tidak menemukan kandungan boraks pada makanan seperti bakso dan gorengan. Namun, kita harus teliti dalam melihat perubahan warna yang terjadi pada tusuk gigi. Terkadang, warna pada kunyit yang lebih pekat menyusahkan kita dalam melihat perubahan setelah bereaksi. Makanan yang mengandung boraks akan berubah warnanya menjadi coklat, dan jika kandungan boraksnya terlalu banyak maka makanan tersebut akan berubah menjadi warna coklat pekat. Namun setelah kami selesai melakukan penelitian atau uji coba makanan, ternyata kami tidak menemukan kandungan boraks pada makanan seperti bakso dan gorengan. Hasil uji boraks pada bakso dan gorengan yang telah kami uji coba ternyata tidak ada terdapat boraks di dalamnya. REFRENSI Khamid, 1993 Bahaya Boraks Bagi Penerbit Kompas Khamid, Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta Penerbit kompas Verpiati, 2012. Dasar Teknologi pembuatan dendeng dan bakso. Universitas Sebelas Maret Surakarta Hamdani, 2012. Boraks. Tersedia di http// diakses tanggal 09 januari 2018
Kegiatanpengujian bahan makanan yang mengandung boraks dilaksanakan untuk memenuhi program kerja pada bidang kesehatan. Kegiatan dilakukan pada hari Selasa,
Kelompok12 - Laporan Praktikum Biokimia Uji Boraks Dan Formalin0% found this document useful 0 votes558 views37 pagesOriginal TitleKelompok12_Laporan Praktikum Biokimia Uji Boraks dan FormalinCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes558 views37 pagesKelompok12 - Laporan Praktikum Biokimia Uji Boraks Dan FormalinOriginal TitleKelompok12_Laporan Praktikum Biokimia Uji Boraks dan Formalin You're Reading a Free Preview Pages 7 to 18 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 22 is not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 26 to 34 are not shown in this preview. .
  • 7l3is8yinf.pages.dev/262
  • 7l3is8yinf.pages.dev/309
  • 7l3is8yinf.pages.dev/289
  • 7l3is8yinf.pages.dev/235
  • 7l3is8yinf.pages.dev/183
  • 7l3is8yinf.pages.dev/175
  • 7l3is8yinf.pages.dev/44
  • 7l3is8yinf.pages.dev/31
  • 7l3is8yinf.pages.dev/28
  • laporan uji boraks dengan kunyit